Minyak Mentah

Harga Minyak Mentah Naik Tipis Dipengaruhi Ketegangan Perdagangan AS-China

Harga Minyak Mentah Naik Tipis Dipengaruhi Ketegangan Perdagangan AS-China
Harga Minyak Mentah Naik Tipis Dipengaruhi Ketegangan Perdagangan AS-China

JAKARTA - Harga minyak mentah mengalami kenaikan pada perdagangan Selasa, 21 Oktober 2025. Kenaikan ini terjadi di tengah ekspektasi investor terkait pasokan minyak yang melimpah dan ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Harga minyak Brent tercatat naik 31 sen atau 0,5 persen menjadi USD61,32 per barel. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman November naik 30 sen atau 0,5 persen menjadi USD57,82 per barel.

Kedua kontrak sempat mencapai titik terendah sejak awal Mei pada hari sebelumnya. Penurunan ini disebabkan rekor produksi minyak AS dan rencana OPEC untuk meningkatkan pasokan, yang membuat pasar waswas.

Namun, kepala analis komoditas SEB, Bjarne Schieldrop, menyebut persediaan minyak mentah dan bahan bakar sulingan AS yang relatif rendah mampu meredam sebagian tekanan harga. Faktor ini membantu mencegah penurunan harga yang lebih dalam meski produksi meningkat.

Struktur Kurva Berjangka Mengindikasikan Kelebihan Pasokan

Reuters mencatat, struktur kurva berjangka WTI dan Brent mulai bergeser ke arah contango. Artinya, harga untuk pasokan langsung lebih rendah dibandingkan untuk pengiriman selanjutnya, menandakan pasokan jangka pendek melimpah sementara permintaan menurun.

Pergerakan ini biasanya muncul saat pasar minyak menghadapi kelebihan pasokan. Namun, sebagian analis menilai hal ini masih terkendali dan bukan tanda krisis pasokan.

Giovanni Staunovo dari UBS menyebut, Badan Energi Internasional awal bulan ini memperkirakan surplus minyak tahun depan akan menyebabkan kurva berjangka miring ke atas, atau disebut super contango. Meski begitu, super contango ini belum terjadi sejauh ini.

Menurut dia, meski kekhawatiran terkait pasokan meningkat dalam beberapa minggu terakhir, pasar minyak masih mengalami kelebihan pasokan yang terkendali. Artinya, stok minyak cukup, tetapi belum membahayakan stabilitas harga jangka pendek.

Dampak Sengketa Perdagangan AS-China terhadap Minyak

Ketegangan perdagangan antara AS dan China memengaruhi ekspektasi pasar terhadap pertumbuhan ekonomi global. Kekhawatiran perlambatan ekonomi diperkirakan akan menekan permintaan minyak di masa depan.

Kedua negara berupaya meredam perselisihan ini melalui perundingan. Presiden AS Donald Trump dijadwalkan bertemu Presiden China Xi Jinping pekan depan untuk membahas kesepakatan perdagangan yang adil.

Ekspektasi pasar terhadap hasil pertemuan ini memengaruhi pergerakan harga minyak. Investor memperhitungkan kemungkinan dampak pertumbuhan ekonomi global terhadap permintaan energi.

Prospek Harga Minyak Mendatang

Meskipun harga minyak mengalami kenaikan tipis pada 21 Oktober 2025, pasar tetap berhati-hati. Investor terus memantau produksi AS, kebijakan OPEC, dan perkembangan perdagangan global sebagai faktor utama pergerakan harga.

Ketidakpastian geopolitik, cuaca ekstrem, dan kebijakan produksi minyak akan menjadi penentu utama harga minyak dalam beberapa pekan ke depan. Jika ketegangan perdagangan mereda, permintaan minyak dapat kembali meningkat, mendorong harga lebih tinggi.

Pasokan jangka pendek yang melimpah membuat pasar masih berada dalam kondisi contango. Hal ini menunjukkan bahwa harga untuk pengiriman segera lebih rendah daripada pengiriman bulan berikutnya, memberi peluang bagi pedagang untuk memanfaatkan perbedaan harga.

Kenaikan tipis harga minyak Brent dan WTI menjadi sinyal bahwa pasar masih mampu menyeimbangkan antara pasokan dan permintaan. Sementara itu, investor terus mencermati dinamika global untuk mengambil keputusan strategis.

Meskipun produksi meningkat dan rencana OPEC menambah pasokan, faktor persediaan bahan bakar sulingan yang rendah memberikan bantalan bagi harga. Dengan demikian, tekanan harga tidak langsung diteruskan ke konsumen secara signifikan.

Pasar minyak saat ini menghadapi kombinasi faktor domestik dan internasional yang kompleks. Ketegangan perdagangan AS-China dan kebijakan produksi global tetap menjadi pengaruh terbesar terhadap volatilitas harga.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index