JAKARTA - Harga emas dunia kembali menjadi sorotan utama pasar keuangan setelah berhasil menembus rekor baru di atas US$4.000 per troy ounce. Meskipun mengalami sedikit koreksi pada awal perdagangan, logam mulia ini tetap menunjukkan daya tarik luar biasa sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian global.
Pada Kamis, 9 Oktober 2025 pukul 05.07 WIB, harga emas di pasar spot tercatat turun tipis sebesar -0,18% ke level US$4.033,79 per troy ounce. Koreksi ringan ini terjadi setelah sebelumnya harga sempat melesat menembus rekor tertinggi baru sepanjang sejarah perdagangan emas.
Sehari sebelumnya, Rabu, 8 Oktober 2025, harga emas spot menguat tajam sebesar 1,5% hingga menyentuh US$4.041,71 per ounce. Kontrak berjangka emas Amerika Serikat untuk pengiriman Desember 2025 juga naik signifikan ke US$4.063,70 per ounce, mencerminkan sentimen pasar yang masih sangat positif terhadap emas.
Kinerja Cemerlang Emas di Tengah Gejolak Ekonomi Dunia
Sepanjang tahun berjalan 2025, emas mencatat kenaikan luar biasa sekitar 54%. Angka ini menjadikannya salah satu aset dengan kinerja terbaik, melampaui indeks saham global, bitcoin, dan komoditas utama lainnya.
Penguatan tajam harga emas ini tidak terjadi tanpa sebab. Kombinasi antara pelemahan dolar AS, meningkatnya permintaan bank sentral dunia, serta derasnya arus masuk ke dana berbasis emas (ETF) menjadi faktor utama pendorong lonjakan harga tersebut.
Selain faktor ekonomi, meningkatnya ketegangan geopolitik di berbagai kawasan dunia turut memperkuat daya tarik emas. Konflik di Timur Tengah, perang Ukraina–Rusia, serta ketidakstabilan politik di Prancis dan Jepang membuat investor global kembali melirik logam mulia sebagai instrumen pelindung kekayaan.
Menurut Matthew Piggott, Direktur Emas dan Perak di Metals Focus, kondisi makroekonomi dan geopolitik yang tidak menentu telah menciptakan lingkungan sangat positif bagi aset safe haven seperti emas. Ia menegaskan bahwa situasi saat ini memberikan momentum kuat bagi harga emas untuk tetap bertahan di level tinggi.
Kenaikan harga emas juga tidak terlepas dari ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter Amerika Serikat. Harapan bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga acuan menjadi salah satu sentimen utama yang mengangkat harga logam mulia tersebut.
Sentimen The Fed dan Shutdown AS Perkuat Posisi Emas
Pasar keuangan AS saat ini sedang menghadapi ketidakpastian akibat penutupan pemerintahan (government shutdown) yang sudah berlangsung selama delapan hari. Kondisi ini menghambat publikasi berbagai data ekonomi penting yang biasanya menjadi acuan bagi pelaku pasar.
Ketiadaan data resmi membuat investor mengandalkan sumber nonpemerintah untuk memperkirakan arah kebijakan moneter The Fed. Banyak pihak kini memprediksi adanya pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan bulan ini dan satu kali lagi pada Desember 2025.
Ekspektasi terhadap pelonggaran kebijakan moneter tersebut memberikan dorongan kuat bagi emas sebagai aset tanpa imbal hasil. Suku bunga yang lebih rendah biasanya menekan imbal hasil obligasi dan melemahkan dolar AS, sehingga membuat emas menjadi lebih menarik bagi investor.
Menurut analis, faktor fundamental ini berpotensi menjaga tren kenaikan harga emas setidaknya hingga awal 2026. Dengan kondisi pasar global yang masih sarat risiko, permintaan terhadap aset safe haven seperti emas diperkirakan tetap tinggi.
Potensi Kenaikan Lebih Lanjut hingga Tahun Depan
Matthew Piggott menilai, dengan berbagai faktor pendukung yang masih berlangsung, tidak ada tanda-tanda koreksi besar pada harga emas dalam waktu dekat. Ia bahkan memperkirakan harga emas berpeluang menantang level US$5.000 per ounce pada tahun depan.
“Dengan faktor-faktor ini kemungkinan masih berlanjut hingga 2026, kami tidak melihat adanya pemicu signifikan untuk koreksi harga emas dalam waktu dekat,” ujarnya. Menurutnya, momentum kuat ini bisa terus berlanjut selama ketidakpastian global belum mereda.
Sentimen positif terhadap emas juga tercermin dari meningkatnya aktivitas investasi di berbagai bursa berjangka dunia. Permintaan fisik dari bank sentral, terutama di kawasan Asia, turut menambah tekanan terhadap ketersediaan pasokan di pasar.
Selain itu, banyak investor institusional mulai memindahkan sebagian portofolio mereka dari aset berisiko ke aset aman. Langkah ini dianggap wajar mengingat kondisi politik dan ekonomi global yang sulit diprediksi.
Dengan proyeksi tersebut, para analis memperkirakan tren penguatan emas masih akan bertahan hingga kuartal pertama tahun depan. Meski volatilitas tetap ada, arah pergerakan harga jangka menengah diprediksi tetap positif.
Perak Ikut Menguat, Pasar Logam Mulia Bergairah
Tak hanya emas, harga perak juga ikut menikmati dampak positif dari kondisi pasar saat ini. Logam mulia tersebut naik 2,3% ke posisi US$48,92 per ounce, mendekati rekor tertingginya di US$49,51 per ounce.
Kenaikan perak ini memperkuat tren positif di sektor logam mulia. Investor menilai bahwa kombinasi faktor makroekonomi dan geopolitik tidak hanya menguntungkan emas, tetapi juga meningkatkan minat terhadap komoditas logam berharga lainnya.
Pasar logam mulia secara keseluruhan sedang mengalami lonjakan permintaan global. Selain faktor ekonomi, peningkatan kebutuhan industri elektronik dan energi bersih juga ikut menopang harga perak.
Dengan situasi yang menguntungkan ini, para analis memperkirakan pergerakan harga logam mulia akan tetap solid hingga akhir tahun. Emas dan perak diperkirakan menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari stabilitas di tengah gejolak ekonomi dunia.
Emas Jadi Cerminan Ketidakpastian dan Ketahanan Pasar Global
Kinerja luar biasa emas sepanjang 2025 mencerminkan dua hal penting: meningkatnya ketidakpastian global dan kuatnya kepercayaan terhadap aset aman. Di saat pasar saham berfluktuasi dan ekonomi global melambat, emas kembali membuktikan perannya sebagai pelindung nilai yang andal.
Meski sempat terkoreksi tipis di awal perdagangan hari ini, para analis sepakat bahwa tren jangka panjang emas tetap positif. Kombinasi antara ketegangan geopolitik, kebijakan moneter longgar, dan meningkatnya permintaan institusional akan terus menjaga harga di level tinggi.
Dengan seluruh faktor yang ada, emas berpotensi mempertahankan statusnya sebagai aset paling diminati hingga tahun depan. Investor global kini semakin yakin bahwa logam mulia ini bukan hanya simbol keamanan, tetapi juga strategi investasi cerdas di masa penuh ketidakpastian.