JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melanjutkan tren penguatan pekan ini menuju level 8.168. Optimisme investor didorong oleh kombinasi faktor domestik yang kuat dan sentimen global positif.
Data konsumsi di dalam negeri yang solid menjadi katalis utama, sementara potensi pelonggaran kebijakan moneter dari Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) menambah sentimen positif.
Menurut Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Imam Gunadi, meski pasar global masih dibayangi ketidakpastian fiskal AS pasca ancaman government shutdown, fokus investor kini bergeser ke agenda moneter.
Agenda Global dan Data Domestik Jadi Sorotan
Investor akan mencermati pidato pejabat The Fed, Raphael Bostic dan Michelle Bowman, serta rilis FOMC Minutes pada 8 Oktober 2025. Agenda ini dinilai menjadi indikator arah suku bunga ke depan.
Selain itu, data Initial Jobless Claims yang dirilis 9 Oktober 2025 akan menjadi petunjuk tren ekonomi AS di tengah pelemahan. Sentimen ini akan memengaruhi pergerakan IHSG dalam jangka pendek.
Di dalam negeri, perhatian investor tertuju pada Posisi Cadangan Devisa BI (7 Oktober), Data Retail Sales (9 Oktober), dan Data penjualan motor dan mobil (9–10 Oktober). Rangkaian data ini memberikan gambaran konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat kelas menengah, yang menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.
IHSG menutup pekan lalu dengan kenaikan 0,23 persen ke level 8.118,30, mencerminkan sentimen positif yang terus menopang pasar. Meski begitu, risiko koreksi jangka pendek tetap ada jika data domestik tidak sesuai ekspektasi atau pejabat The Fed mengeluarkan pernyataan hawkish. Level support kritis diperkirakan berada di 8.022.
Sentimen Positif yang Mendukung Penguatan IHSG
Peningkatan IHSG pekan lalu dipengaruhi beberapa sentimen positif, antara lain inflasi September 2025 sebesar 2,65 persen (yoy) yang masih dalam target BI. Sektor manufaktur tetap ekspansif dengan PMI 50,4, mendukung prospek pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah juga menyiapkan stimulus tambahan kuartal IV 2025, termasuk stimulus Natal dan Tahun Baru senilai hampir USD2 miliar, melengkapi total stimulus USD4,5 miliar yang telah digelontorkan. Surplus neraca perdagangan yang melonjak menjadi USD5,49 miliar pada Agustus 2025 semakin memperkuat sentimen positif.
Di sisi global, pasar memperkirakan probabilitas 96,2 persen The Fed akan memangkas suku bunga 25 basis poin. Sementara itu, China merespons perlambatan ekonomi dengan paket stimulus ¥500 miliar untuk infrastruktur dan industri, serta subsidi konsumsi yang telah berjalan.
Rekomendasi Saham dan Obligasi untuk Investor
Berdasarkan analisis IPOT, beberapa saham diproyeksikan memiliki potensi penguatan pekan ini:
ASII: Entry di 5.825, target 6.075, stop loss <5.700.
JSMR: Buy on pullback di 3.840–3.890, target 4.100, stop loss <3.750.
ICBP: Entry 9.550, target 10.050, stop loss <9.300.
Obligasi FR0100: Disarankan untuk portofolio dengan profil risiko konservatif.
Investor dianjurkan memanfaatkan momen ini dengan tetap memperhatikan volatilitas pasar global dan data domestik yang menjadi penentu arah IHSG.
IHSG diproyeksikan terus bergerak di zona hijau jika data konsumsi dan sektor manufaktur tetap mendukung. Stimulus pemerintah, surplus perdagangan, dan prospek pelonggaran suku bunga global menjadi katalis tambahan yang memperkuat sentimen pasar.
Namun, risiko koreksi tetap perlu diperhatikan. IHSG cenderung sensitif terhadap sentimen global dan domestik. Pergerakan mendadak bisa terjadi bila data domestik mengecewakan atau pejabat The Fed bersikap hawkish.
Investor disarankan menjaga strategi diversifikasi portofolio dan mengikuti rekomendasi saham yang memiliki fundamental kuat. Pemantauan rutin terhadap berita global dan data domestik akan membantu mengambil keputusan yang lebih matang.