Rupiah Menguat, Investor Pantau Sentimen Global dan Domestik

Senin, 06 Oktober 2025 | 14:12:42 WIB
Rupiah Menguat, Investor Pantau Sentimen Global dan Domestik

JAKARTA - Nilai tukar rupiah diproyeksikan bergerak fluktuatif pada hari ini, Senin, 6 Oktober 2025, namun berpotensi ditutup menguat di rentang Rp16.520–Rp16.560 per dolar AS. Pergerakan ini mengikuti tren penguatan akhir pekan lalu, saat rupiah naik 0,21% atau 35 poin ke level Rp16.563 per dolar AS.

Stabilnya rupiah sejalan dengan pelemahan indeks dolar AS yang turun 0,08% ke posisi 97,76, mencerminkan tekanan moderat pada mata uang Negeri Paman Sam. Tren ini memberi ruang bagi rupiah untuk tetap berada di zona positif di tengah ketidakpastian global.

Pergerakan Mata Uang Asia Sebagai Indikator

Selain rupiah, sejumlah mata uang Asia menunjukkan penguatan. Dolar Hong Kong naik 0,02%, dolar Singapura menguat 0,02%, dolar Taiwan bertambah 0,12%, peso Filipina naik 0,4%, yuan China menguat 0,01%, dan baht Thailand naik 0,21%.

Di sisi lain, beberapa mata uang melemah terhadap dolar AS. Yen Jepang turun 0,07%, won Korea Selatan melemah 0,02%, rupee India turun 0,06%, dan ringgit Malaysia melemah 0,1%. Kondisi ini menandakan fluktuasi regional yang moderat, dipengaruhi sentimen global dan kebijakan moneter masing-masing negara.

Sentimen Global Pengaruhi Rupiah

Pengamat forex Ibrahim Assuaibi menilai, pergerakan rupiah akhir pekan lalu lebih dipengaruhi sentimen global ketimbang berita domestik. Salah satunya adalah kekhawatiran atas penutupan pemerintah AS, yang dianggap pasar memiliki dampak terbatas pada pasar keuangan.

Investor kini fokus pada data ketenagakerjaan swasta pekan ini, khususnya penggajian non-pertanian yang tertunda akibat shutdown pemerintah. Kondisi ini memicu spekulasi bahwa The Fed akan melanjutkan pemangkasan suku bunga, setelah memangkas 25 basis poin pada September 2025.

Pasar memperkirakan peluang 99,3% The Fed akan memangkas suku bunga lagi sebesar 25 basis poin dalam pertemuan akhir Oktober, menambah sentimen positif bagi rupiah dan mata uang berisiko lainnya.

Data Domestik Stabil, Mendukung Rupiah

Dari sisi domestik, Bank Indonesia (BI) mencatat inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tetap terjaga pada September 2025, berada dalam kisaran target 2,5% ±1%. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan inflasi bulanan mencapai 0,21%, sehingga secara tahunan tercatat 2,65%.

Angka inflasi yang stabil menunjukkan daya beli masyarakat masih terjaga. Kondisi ini turut memberi dukungan bagi nilai tukar rupiah untuk tetap kuat terhadap dolar AS. Investor pun memandang kondisi makro domestik cukup kondusif bagi perdagangan dan stabilitas mata uang.

Prospek Rupiah dan Strategi Investor

Penguatan rupiah, meski moderat, membuka peluang bagi investor untuk menyesuaikan strategi lindung nilai. Mata uang yang menguat cenderung memengaruhi aliran modal ke aset berdenominasi rupiah, termasuk saham dan obligasi domestik.

Investor juga dianjurkan memperhatikan indikator global seperti pergerakan dolar AS, keputusan suku bunga The Fed, dan data ketenagakerjaan. Di dalam negeri, fokus pada inflasi, cadangan devisa, dan konsumsi rumah tangga menjadi kunci analisis fundamental.

Kondisi fluktuatif ini menegaskan pentingnya diversifikasi portofolio, termasuk menempatkan sebagian dana pada aset safe haven saat volatilitas global meningkat. Rupiah yang menguat di tengah kondisi global menandakan sentimen positif bagi perekonomian Indonesia.

Rupiah Masih Berpotensi Menguat

Secara keseluruhan, rupiah diproyeksikan bergerak fluktuatif namun cenderung menguat pada Senin, 6 Oktober 2025, dengan support kuat dari data domestik dan potensi pemangkasan suku bunga The Fed.

Stabilitas inflasi domestik, dikombinasikan tren positif mata uang regional, membuat rupiah relatif tahan terhadap tekanan eksternal. Investor disarankan memantau berita global dan data ekonomi, sambil mempertimbangkan strategi lindung nilai untuk menghadapi volatilitas jangka pendek.

Terkini