Psikolog

3 Alasan Orang Masih Enggan Konseling Psikolog Meski Butuh Bantuan Profesional

3 Alasan Orang Masih Enggan Konseling Psikolog Meski Butuh Bantuan Profesional
3 Alasan Orang Masih Enggan Konseling Psikolog Meski Butuh Bantuan Profesional

JAKARTA - Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan mental terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Meski begitu, banyak orang masih menunda mencari bantuan profesional, padahal mereka sudah merasakan perlunya konseling psikolog.

Psikolog klinis Karina Negara, M.Psi., menyebut ada tiga alasan utama orang enggan ke psikolog, yang ia singkat sebagai 3M: malu, mahal, dan macet. “Bahasa formalnya adalah accessibility, stigma, dan cost. Aku menyebutnya 3M; malu, mahal, dan macet,” ujar Karina saat talkshow “Beauty That Moves” di Jakarta, Senin, 13 Oktober 2025.

Kesadaran tinggi saja tidak cukup jika lingkungan dan faktor eksternal menghalangi akses ke layanan psikolog. Tanpa dukungan dan kemudahan akses, niat untuk merawat kesehatan mental bisa terhenti di tengah jalan.

Malu: Stigma Masih Jadi Penghalang

Faktor pertama adalah rasa malu. Banyak orang enggan pergi ke psikolog karena takut dinilai “gila” atau “sakit jiwa” oleh keluarga dan lingkungan sekitar.

Karina menegaskan bahwa stigma ini bisa membahayakan orang yang sebenarnya sangat membutuhkan konseling. “Orang yang sudah mau merawat kesehatan mentalnya bisa enggak jadi, karena lingkungannya enggak mendukung,” jelasnya.

Stigma juga membuat seseorang menunda penanganan masalah psikologis hingga menjadi lebih kompleks. Padahal, intervensi dini akan lebih efektif dalam mencegah gangguan kesehatan mental yang lebih serius.

Mahal: Persepsi Biaya Konseling vs. Realita

Alasan kedua adalah biaya. Banyak yang masih beranggapan bahwa konseling psikolog selalu mahal dan sulit dijangkau. Ironisnya, pengeluaran serupa untuk gaya hidup seperti jajan kopi atau hiburan sering dianggap wajar.

Karina menyarankan masyarakat mengecek opsi layanan konseling di fasilitas umum. Saat ini, beberapa puskesmas menyediakan layanan konseling psikolog dengan biaya terjangkau, misalnya Puskesmas Sukmajaya dan Beji di Kota Depok, serta Puskesmas Tigaraksa di Kabupaten Tangerang.

Selain itu, platform konseling daring juga menawarkan tarif lebih ramah di kantong. Layanan ini memungkinkan siapa pun mendapatkan bantuan profesional tanpa harus mengorbankan banyak uang atau waktu.

Macet: Kendala Akses Fisik

Faktor ketiga yang membuat orang enggan adalah macet. Di kota besar seperti Jakarta, perjalanan ke psikolog bisa memakan waktu lama dan membuat orang harus cuti atau menunda aktivitas lainnya.

Karina menambahkan, meski seseorang tinggal di kota tanpa kemacetan, belum tentu psikolog tersedia di sekitarnya. Hal ini membuat akses konseling menjadi terbatas dan mengurangi motivasi untuk mencari bantuan.

Namun, kemajuan teknologi membantu mengatasi kendala ini. Konseling daring memberikan akses lebih mudah, fleksibel, dan memungkinkan konsultasi dari rumah kapan saja.

Meningkatkan Akses dan Mengurangi Stigma

Untuk mendorong masyarakat mencari bantuan psikolog, dua hal penting perlu diperhatikan: akses dan stigma. Penyedia layanan harus memastikan konseling mudah dijangkau, baik melalui fasilitas publik maupun platform daring.

Selain itu, kampanye edukasi tentang pentingnya kesehatan mental dapat mengurangi rasa malu dan salah persepsi. Semakin banyak orang menyadari bahwa konseling psikolog adalah bentuk perawatan diri, bukan tanda kelemahan.

Masyarakat juga perlu didorong untuk memandang biaya konseling sebagai investasi kesehatan jangka panjang. Dengan kombinasi akses, edukasi, dan kemudahan layanan daring, hambatan malu, mahal, dan macet bisa dikurangi secara signifikan.

Jangan Menunda Kesehatan Mental

Meski kesadaran meningkat, tiga faktor—malu, mahal, dan macet—masih menahan banyak orang untuk ke psikolog. Dengan solusi akses daring dan layanan puskesmas, kini lebih mudah bagi masyarakat untuk mendapatkan bantuan profesional.

Kunci utamanya adalah memahami bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Tidak ada salahnya mencari bantuan profesional lebih awal, agar masalah tidak berkembang dan kualitas hidup tetap terjaga.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index